Translate

6 Jul 2017

Tuhan Tidak Ada Batas Agama

Ada postingan di facebook yang membuat saya terkesan
Tulisannya bagus dan menarik untuk menjadi pelajaran berharga bagi kita semua
Ini postingan dari Om saya dan saya sangat suka postingan ini.


Mohon maaf, sy ingin sekali share kejadian yg dialami seseorang di Semarang.. Sungguh indah..
Suatu hari di Semarang setelah kebetulan ikut misa katholik harian pagi, seperti biasa aku duduk di depan gua Bunda Maria. Setelah selesai berdoa aku cuma duduk berdiam aja disitu.
Tiba-tiba aku tertarik melihat seorang wanita setengah baya. Kalau tidak bisa dikatakan sudah sepuh. Berjalan tertatih, sudah agak membungkuk dengan kemoceng ditangan dan serbet seadanya di pundaknya.
Sang wanita, datang menghampiri patung dan berkata. "Gusti Yesus.. Gusti Maria.. nyuwun sewu.. kulo bade resik-resik.. !!!" (Gusti Yesus.. Gusti Maria.. mohon maaf, permisi.. saya mau bersih-bersih..!!!")
Aku tertegun dan secara tidak sadar tertarik dengan apa yang dilakukan si ibu.
Dengan perlahan [karena faktor umurnya mungkin] dia mulai membersihkan area sekitar gua. menghilangkan debu yang ada, membersihkan sisa-sisa lelehan lilin, mengganti karangan bunga yang sudah tampak layu..
Sekitar 1/2 jam berlalu, si ibu lalu selesai melakukan pekerjaannya.
Sebelum meninggalkan tempat bekerjanya, si ibu berkata lagi. "Gusti Yesus.. Gusti Maria.. sampun, kulo sampun rampung.. mugi-mugi berkenan. Kulo badhe nyambut gawe, nyuwun pangestune, nggih . ." (Gusti Yesus.. Gusti Maria.. sudah, saya sudah selesai.. mudah-mudahan berkenan. Saya mau bekerja.. minta restunya)
Sekali lagi aku terpana. Doa yang sangat sederhana dari seorang yang juga sangat sederhana, tapi semuanya mencerminkan kepasrahan yang sangat dalam buatku.
Aku tertarik, jiwa isengku kumat, aku ikutin si ibu.
Di halaman gereja yang juga bersebelahan dengan sebuah sekolah katholik yang cukup ternama di kota itu, ternyata beliau menggelar jualannya.. si ibu jualan nasi pecel.
Agak jauh aku terus perhatikan si ibu.
Setelah beliau selesai dan siap berjualan. Langsung aku datangi dia. Aku ingin tahu dia lebih jauh dan sekalian sarapan pikirku. Basa basi sebentar dan sambil nunggu pesenan aku coba ajak ngobrol beliau : [pake bahasa indonesia saja ya.. Biar ga mumet.. .]
"Memang biasa bersih-bersih di gereja to bu.. ???"
"Iya mas.. sudah terbiasa dari dulu."
"Sudah berapa lama bu.. ???"
"Wah mas sejak gadis.. "
Wuih. Sudah lama banget itu pasti pikirku. Aku makin iseng untuk pengen tahu.
"Koq tadi tidak sekalian ikut misa pagi toh bu.. ??? Dan aku kayanya tidak pernah liat ibu selama ini dlm misa"
Si ibu senyum. Sambil ngasih nasi pecel pincu'an pesenanku.. sambil terus beliau ngomong.
"Saya muslim mas.. "
Deg.. bengong aku dengarnya. Lama aku pegang tuh nasi pecel sambil bengong ngeliatin si ibu. Tidak karuan rasanya hati ini.
"Dari muda aku sudah jualan ditempat ini mas. Aku dapat rejeki di tempat ini.. kan tidak ada salahnya aku ingin menunjukkan rasa terima kasihku pada Yang Punya Tempat Ini. Aku ga salah toh mas.. ?!?"
Aku gelagepan ditanya gitu. "Wah ya tidak.. toh bu. Ibu hebat banget.. Ibu dibayar.. ?!?
"Saya tidak pernah minta itu mas. Saya ikhlas melakukannya.. Sekedar menunjukkan rasa terima kasih saya. Tapi mungkin sekitar 5 tahun ini Romo Maringi memberi saya 100rb sebulan.. "
"Putra berapa bu.. ???
"3 mas. 1 laki dan 2 perempuan. Sudah selesai semua mas.. "
"Maksud ibu.. ???"
"Yang perempuan dua-duanya sudah nikah dan hidupnya lumayan. Yang laki 4 tahun lalu sudah lulus sekarang sudah kerja.. "
"Lulus apa bu.. ???"
"Ekonomi mas.. sarjana. Tapiii... Mas, ibu nggak ngerti mas masalah itu... Apa itu ekonomi, sarjana. Yang penting mereka semua sudah bisa nguripi [menghidupkan] hidup mereka sendiri-sendiri. Saya sekarang tetep jualan karena memang ini yang cuma saya bisa mas.. Tidak pengen nganggur dirumah.. "
"Nyuwun sewu.. bapak masih ada bu.. ?"
"Masih mas. Tuh mbecak.. mangkalnya juga disini.. "
Aku bengong. Tidak bisa berkata-kata. Nunduk sambil makan. Tiba-tiba si ibu ngomong lagi.
"Mungkin saya keliatan aneh ya mas.. saya muslim.. saya sholat tapi saya masuk ke gereja, mungkin bahasa mas saya berdoa disana.
Saya sendiri tidak ngerasa berdoa disana. Saya cuma minta ijin dan minta restu saja. Tapi mungkin ini bisa buat mas bawa pulang nanti, kalau Tuhan itu ada dimana-mana dan Dia itu untuk siapa saja, tidak pernah membeda-bedakan. Manusia saja mas yang senengnya membeda-bedakan. Maaf ya mas, kalau saya salah.. maklum orang kecil dan bodoh saya.. tidak pernah nyicipin bangku-sekolah ."
"Tidak bu. Ibu tidak salah.. Ibu hebat. Bahkan mungkin dari orang yang paling pinter sekalipun. Beruntung saya bisa ketemu ibu."
Aku tidak sanggup ngomong apa-apa lagi. Setelah itu aku pamit.
Aku jalan kaki pulang ke tempat aku tinggal dan hari itu tidak habis rasa kagumku pada si ibu. Dengan kesederhanaannya.. beliau mengajarkan aku dan menunjukkan aku satu hal yang sangat luar biasa.
"Hidup itu sederhana. Orang beragama itu sederhana. IMAN itu sederhana...
Dan SEDERHANA itu ya SEDERHANA... Apa adanya....
Tuhan ada dimana-mana. Tuhan ada buat semua orang. TUHAN itu sederhana.. Karena sederhananya, maka Tuhan tidak ada batas agama...

No comments: