Translate

31 Oct 2025

Renungan Buka Sabat – 31 Oktober 2025 🌿 “Damai di Tengah Badai” 🌿


“Sabat adalah tanda kasih yang menghubungkan surga dan bumi.” — Ellen G. White



Sore ini, ketika matahari mulai tenggelam dan Sabat yang diberkati mendekat, Tuhan mengundang kita untuk berhenti sejenak dari hiruk-pikuk dunia dan merasakan kedamaian surgawi yang hanya ditemukan di dalam-Nya.

Sering kali hidup membawa badai — kekhawatiran, kesedihan, dan beban yang tampak tak tertanggungkan. Namun, di tengah gelombang yang bergelora, Sabat hadir sebagai pelabuhan yang tenang. Tuhan berkata, “Datanglah kepada-Ku, hai kamu semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Matius 11:28).

Di setiap Sabat, Tuhan ingin kita mengingat bahwa Dialah yang memegang kendali atas hidup kita. Kita tidak berjalan sendirian. Saat dunia berputar cepat dan suara-suara kekhawatiran memenuhi pikiran, Sabat mengajarkan kita untuk diam — dan tahu bahwa Allah tetap setia.

📖 Ayat Renungan:

“(46-11) "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!” — Mazmur 46:11

📜 Kutipan Ellen G. White:

“Sabat adalah tanda kuasa Kristus yang menjadikan kita kudus... Ia diberikan kepada semua yang melalui Kristus menjadi bagian dari Israel Allah.”
Ellen G. White, The Desire of Ages, hlm. 288

🕊️ Perenungan:
Biarlah Sabat ini menjadi waktu untuk membiarkan damai Kristus menenangkan setiap badai di hati. Ketika kita meletakkan beban di kaki-Nya, kita menemukan kekuatan baru — bukan dari diri kita sendiri, melainkan dari kasih yang tak tergoyahkan.

🙏 Doa:
Bapa di surga, terima kasih atas Sabat-Mu yang suci. Di tengah kesibukan dunia, Engkau memberi kami waktu untuk beristirahat dan mendekat kepada-Mu. Berkatilah hati kami agar tetap tenang dalam kasih-Mu dan kuat menghadapi hari-hari yang akan datang. Amin.

Ucapan Sabat:

“May the peace of the Sabbath calm every storm within your soul.”

Selamat menyambut Sabat yang penuh damai, Semuanya.
🌅 Happy Sabbath — rest in His unfailing love.

24 Oct 2025

Renungan Buka Sabat – 24 Oktober 2025 🌾 Kasih yang Menenangkan di Hari Kudus 🌾




Ketika matahari perlahan tenggelam dan sinarnya memudar di ufuk barat, tibalah Sabat yang diberkati. Udara sore terasa lebih damai, seakan alam pun turut berhenti untuk memuliakan Penciptanya. Di tengah hiruk-pikuk kehidupan yang melelahkan, Tuhan memanggil kita untuk datang dan beristirahat dalam kasih-Nya.

Sabat bukan sekadar jeda dari pekerjaan, melainkan waktu yang mengingatkan kita akan kasih setia Tuhan yang tak pernah berakhir. Ia ingin agar kita berhenti dari kekhawatiran dan belajar mempercayai pemeliharaan-Nya sepenuhnya. Dalam jam-jam kudus ini, kita menemukan keindahan hubungan yang diperbarui antara jiwa dan Pencipta.

🕊️ Renungan:
Sabat mengajarkan bahwa kita tidak hidup untuk bekerja tanpa henti, tetapi untuk mengenal dan menikmati kehadiran Tuhan. Dunia sering mengukur nilai hidup dari hasil kerja, tetapi Sabat datang untuk mengingatkan: nilai sejati kita ada dalam kasih Tuhan, bukan dalam prestasi kita.

📖 “Dan Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.” — Kejadian 2:3

📜 Kutipan Ellen G. White:

“Sabat diberikan untuk menjadi suatu berkat bagi manusia. Ia mengingatkan kita akan kasih Allah yang besar dalam menciptakan dunia dan dalam menebus kita dari dosa.”
Ellen G. White, The Desire of Ages, hlm. 281

🙏 Doa Singkat:
Bapa yang penuh kasih, terima kasih atas Sabat-Mu yang suci. Ajar kami untuk berhenti sejenak dari hiruk-pikuk dunia ini dan menemukan kedamaian di dalam-Mu. Pulihkan hati kami, agar kami dapat melihat kasih-Mu yang selalu baru setiap Sabat. Amin.

Tulisan untuk ilustrasi:

“Happy Sabbath — rest in His unfailing love.”

💛 Tema besar: Sabat Membuat Perbedaan yang Benar

Selamat menyambut Sabat yang kudus, Margie Amelia.
Happy Sabbath 💫




 

17 Oct 2025

Renungan Buka Sabat – 17 Oktober 2025 Sabat: Waktu yang Memulihkan Jiwa

 


Ketika minggu ini perlahan berakhir dan senja Sabat mulai turun dengan lembut, hati kita diajak untuk berhenti sejenak dari kesibukan dunia. Dalam keheningan sore ini, Tuhan memanggil kita untuk datang kepada-Nya — bukan hanya untuk beristirahat secara jasmani, tetapi untuk memulihkan jiwa kita yang lelah oleh pergumulan hidup.

Sabat adalah waktu suci di mana kita diingatkan bahwa hidup ini bukan semata tentang bekerja dan berjuang, tetapi tentang mengenal Dia yang menciptakan kita. Tuhan berkata, “Enam hari lamanya engkau akan bekerja, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat bagi TUHAN, Allahmu.” (Keluaran 20:9–10).
Hari ini, undangan itu masih sama — undangan untuk meletakkan beban, menyerahkan kekhawatiran, dan menikmati kehadiran-Nya.

Renungan:
Sabat bukan sekadar hari tanpa pekerjaan, tetapi waktu untuk menyentuh keabadian. Di tengah dunia yang terburu-buru, Sabat mengajarkan kita ritme kasih dan ketenangan ilahi. Ia mengingatkan kita siapa diri kita — bukan hasil dari kerja kita, melainkan anak-anak yang dikasihi oleh Pencipta kita.

“Sabat diberikan kepada manusia untuk mengingatkan dia kepada Allah, dan untuk mengajarnya menghargai karya tangan-Nya. Hari ini dikhususkan untuk membantu manusia mengenal dan mengasihi Penciptanya.”
Ellen G. White, Patriarchs and Prophets, hlm. 48

Doa Singkat:
Ya Tuhan, terima kasih atas Sabat-Mu yang kudus. Pulihkan hati kami, berilah kami damai-Mu, dan ajar kami untuk diam di dalam kasih-Mu. Kiranya Sabat ini membawa terang bagi jiwa kami dan bagi setiap rumah yang memuliakan nama-Mu. Amin.

16 Oct 2025

🌷 Kelahiran dan Rencana Allah: Saat Dunia Menciptakan Kehidupan dengan Tangan Sendiri


“Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, Engkau menenun aku dalam kandungan ibuku.”
Mazmur 139:13

 

💫 Kehidupan: Anugerah, Bukan Rekayasa

Dunia modern terus melangkah maju. Ilmu pengetahuan kini sanggup menjangkau bintang-bintang di langit, bahkan membantu manusia “menciptakan kehidupan” melalui teknologi seperti surrogacy — seorang perempuan yang mengandung bayi bagi orang lain.

Sekilas, ini tampak menakjubkan. Banyak orang memujinya sebagai mukjizat kemanusiaan, sebuah jalan keluar bagi mereka yang tidak bisa memiliki anak secara alami.
Namun, di balik semua itu ada pertanyaan rohani yang dalam:
Apakah manusia masih melihat kehidupan sebagai anugerah Allah, atau sudah menganggapnya hasil karya tangan sendiri?


🌿 Kasih dan Rencana Ilahi

Allah menciptakan setiap kehidupan dengan kasih yang kudus.
Dia menenun kita dengan lembut di dalam rahim ibu kita, dengan rencana yang unik dan tak ternilai.
Tidak ada satu pun manusia yang “terjadi begitu saja.”

Dalam pandangan surgawi, kelahiran bukan sekadar peristiwa biologis, tetapi tindakan kasih Allah yang melibatkan tangan dan hati-Nya sendiri.
Ketika manusia berusaha mengendalikan proses ini sepenuhnya, terkadang mereka tanpa sadar melangkah ke wilayah yang seharusnya tetap menjadi misteri Allah.


🌸 Hikmat dan Kasih

Namun Allah juga adalah Allah yang penuh belas kasih.
Ia melihat hati setiap orang — termasuk mereka yang rindu memiliki anak namun tidak bisa secara alami.
Tuhan tidak melihat pada teknologi, tetapi pada motif hati.
Ia mengerti setiap air mata dan setiap kerinduan untuk mengasihi.

Namun, kasih sejati harus berjalan selaras dengan kebenaran.
Sebab kasih tanpa kebenaran bisa menuntun kita menjauh dari rencana Tuhan, sementara kebenaran tanpa kasih bisa membuat kita kehilangan belas kasihan.
Keduanya harus berjalan bersama — seperti dua tangan yang menenun kain kehidupan.


🌼 Panggilan bagi Umat Percaya

Sebagai anak-anak Allah, kita dipanggil untuk:
✨ Menghormati kehidupan sebagai anugerah kudus dari Pencipta.
✨ Berdoa bagi setiap anak yang lahir, agar bertumbuh dalam kasih dan terang Kristus.
✨ Percaya bahwa Allah sanggup memberikan mukjizat dalam waktu dan cara-Nya sendiri.

“Segala sesuatu yang dijadikan Allah indah pada waktunya.”
Pengkhotbah 3:11

 

💖 Penutup

Dunia boleh menemukan banyak cara untuk melahirkan,
tetapi hanya kasih Allah yang sanggup menumbuhkan jiwa.
Biarlah setiap kehidupan mengingatkan kita pada kasih terbesar — kasih dari Sang Pencipta yang menenun kita dengan tujuan surgawi.


10 Oct 2025

*Renungan Buka Sabat* ```SABAT KEEMPAT PULUH SATU``` *MEREKA YANG MENERIMA METERAI ITU*

 


*_Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya. Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela._* (Wahyu 14:1,5).


*Hanya mereka yang menerima meterai dari Allah yang hidup yang akan memiliki paspor memasuki gerbang kota suci.*


Meterai Allah yang hidup hanya dikenakan kepada mereka yang tabiatnya sama dengan Kristus.


Sebagaimana lilin mengambil pengaruh meterai, begitulah jiwa harus mengambil pengaruh Roh Allah dan menahan citra Kristus.


*Banyak orang tidak akan menerima meterai Allah oleh sebab mereka tidak memelihara perintah-perintah-Nya atau membawa buah-buah kebenaran.*


Massa orang banyak yang mengaku Kristen akan menemui kekecewaan pahit pada hari Allah. Di dahi mereka tidak ada meterai Allah yang hidup. Suam dan tidak sepenuh hati, mereka tidak menghormati Allah jauh lebih buruk dari pada orang-orang yang nyata-nyata tidak percaya. Mereka meraba-raba dalam kegelapan, ketika seharusnya mereka berjalan dalam terang siang Firman itu, di bawah bimbingan Oknum yang tidak pernah salah itu.


Mereka yang akan diantar oleh Anak Domba ke mata air yang hidup, dan dari siapa Ia akan menghapuskan air matanya, ialah yang sekarang mau menerima pengetahuan dan pengertian yang diungkapkan dalam Alkitab, Firman Allah itu.


Kita tidak boleh meniru sesama manusia. Tidak ada manusia yang cukup bijaksana yang harus menjadi teladan kita. Kita harus memandang kepada manusia Yesus Kristus, yang lengkap dalam kesempurnaan kebenaran dan kesucian. Dialah yang mengubah dan merampungkan iman. Dialah Manusia teladan. Pengalaman-Nya merupakan ukuran pengalaman yang harus kita capai. Tabiat-Nya adalah model kita. Jadi, marilah kita menghilangkan segala kebingungan dalam pikiran kita dan segala kesulitan dalam hidup ini, dan menghadapkan semua hal itu kepada-Nya, supaya oleh memandangnya kita berubah menjadi serupa dengan Dia. Kita boleh memandang Kristus untuk maksud yang baik. Kita boleh memandang kepada-Nya dengan aman; karena dalam segala hal Ia bijaksana. Sementara kita memandang pada-Nya dan memikirkan tentang Dia, maka Ia akan membentuk dalam hati, pengharapan kemuliaan.


*Marilah kita berjuang dengan segenap kuasa yang dikaruniakan Allah kepada kita supaya berada di antara seratus empat puluh empat ribu itu.*—SDA Bible Commentary, jilid 7, hl. 970.


Tampaknya yang sudah menerima meterai Allah menurut buku Wahyu pasal 7 adalah mereka yang jumlahnya seratus empat puluh empat ribu itu. Di bagian lain tulisan Roh Nubuat, dikatakan bahwa kita tidak usah memusingkan mengenai "siapakah itu yang seratus empat puluh empat ribu, karena mereka akan dipilih oleh Allah dalam waktu yang singkat.” Selected Messages, buku 2, hl. 274.


*Namun, apabila kita menguduskan hari Sabat dengan baik, maka kita akan menerima meterai dan kita akan berada di antara yang seratus empat puluh empat ribu itu.*


```Kiranya Tuhan Selalu Memberkati Kita!```

3 Oct 2025

Renungan Buka Sabat - SABAT KEEMPAT PULUH - SABAT SALAH SATU METERAI ALLAH

 



Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat." (Markus 2:27, 28).


Camkanlah hal ini dengan cermat. Mereka yang menerima tanda murni kebenaran itu, yang ditaruh pada mereka oleh kuasa Roh Kudus, dilambangkan oleh tanda pada orang yang berjubah putih, ialah orang-orang "yang berkeluh kesah karena segala perbuatan keji yang dilakukan" di dalam gereja.—Testimonies for the Church, jilid 3, hl. 267.


Golongan yang tidak bersedih atas kemerosotan rohani mereka sendiri, atau berkabung atas dosa orang lain, akan ditinggalkan tanpa meterai Allah.


Tidak semua orang yang mengaku memelihara hari Sabat akan dimeterai. Bahkan banyak orang sampai kepada mereka yang mengajarkan kebenaran itu kepada orang lain tidak akan menerima meterai Allah pada dahi mereka. Mereka memiliki terang kebenaran, mereka mengetahui kehendak Tuhan mereka, mereka mengerti setiap tujuan iman kita, tetapi mereka tidak bekerja dengan sepantasnya.


Tidak satupun di antara yang akan pernah menerima meterai Allah apabila didapati cela atau noda dalam tabiat kita. Telah diserahkan kepada kita untuk menyembuhkan cacat cela dalam tabiat kita, untuk membersihkan kaabah jiwa dari pada setiap kenajisan. Barulah hujan akhir dicurahkan pada kita seperti hujan awal dicurahkan kepada murid-murid.


Saudara-saudara, apakah yang engkau sedang lakukan dalam pekerjaan besar mengadakan persiapan? Mereka yang sedang bersatu dengan dunia sedang menerima pembentukan duniawi dan bersedia menerima tanda binatang. Mereka yang tidak bergantung atas diri sendiri, yang merendahkan diri mereka di hadapan Allah dan menyucikan jiwa mereka dengan menuruti kebenaran, mereka inilah yang akan menerima bentukan sorga dan bersedia menerima meterai Allah di dahi mereka. Apabila maklumat berlangsung dan cap dikenakan, tabiat mereka akan tetap murni tidak berkecelaan demi hidup kekal.


Sekaranglah waktunya untuk bersedia. Meterai Allah tidak pernah akan dikenakan ke atas dahi seorang pria atau wanita yang tidak suci. Meterai itu tidak pemah akan dikenakan ke atas dahi pria atau wanita yang berambisi dan mengasihi dunia. Meterai itu tidak pernah akan dikenakan ke atas dahi para pria dan wanita yang bibirnya palsu atau hatinya penipu. Semua yang menerima meterai itu harus tidak bercela di hadapan Allah, sebagai calon-calon sorga.—Testimonies for the Church, jilid 5, hl. 213-216.


Apabila kita telah dimeterai, dengan meterai Allah, yang salah satunya adalah hari Sabat, maka kita akan dikukuhkan sebagai umat pilihan Allah yang benar-benar menunggu kedatangan Juruselamat yang kedua kali. Namun, kita tidak akan menerima meterai itu apabila kita tidak setia dalam memelihara hari Sabat. Bagaimanakah kita harus memelihara hari Sabat? Pelajaran yang kita terima sebelum dibaptis, untuk masuk menjadi anggota Gereja Allah yang benar, ialah, bilamana kita menguduskan hari Sabat itu adalah dari masuk matahari sampai masuk matahari. Itulah sebabnya mengapa ada istilah buka Sabat dan tutup Sabat.


Kita bersyukur sekarang oleh sebab dengan petunjuk Ilahi, kita dapat menerbitkan buku yang berjudul "Renungan Buka Sabat" yang saudara pegang sekarang. Berusahalah dengan sungguh-sungguh untuk menerima meterai Allah, yang antara lain dengan menguduskan hari Sabat. Hari Sabat adalah untuk kita manusia, bukan manusia untuk hari Sabat. Dengan menguduskan hari Sabat kita adalah milik kepunyaan Allah.


Kiranya Tuhan Selalu Memberkati Kita