Translate

7 Nov 2025

Renungan Buka Sabat – 7 November 2025 🌿 “Bersandar pada Janji Tuhan” 🌿

 




Ketika minggu yang panjang telah berlalu dengan segala tantangan dan kelelahan, Sabat datang sebagai nafas segar dari surga. Tuhan memanggil kita untuk berhenti sejenak dan mengingat bahwa janji-Nya tetap setia — bahwa apa pun yang kita alami, Dia tidak pernah meninggalkan kita.

Kita sering berusaha keras untuk mengendalikan hidup kita sendiri, namun di saat kita melepaskan genggaman itu dan bersandar pada janji Tuhan, kita menemukan ketenangan sejati. Sabat menjadi pengingat bahwa Tuhan yang menciptakan kita juga sanggup memelihara dan menuntun setiap langkah kita.

📖 Ayat Renungan:

“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” — Yeremia 29:11

📜 Kutipan Ellen G. White:

“Kita tidak perlu takut akan masa depan, kecuali kita melupakan cara Tuhan menuntun kita dan ajaran-Nya di masa lalu.”
Ellen G. White, Life Sketches, hlm. 196

🕊️ Perenungan:
Saat Sabat ini tiba, biarlah hati kita dipenuhi keyakinan akan kesetiaan Tuhan. Apa pun yang terjadi di minggu ini, kita boleh beristirahat dalam kepastian bahwa tangan Tuhan masih bekerja di balik segala hal. Ia tidak pernah gagal menepati janji-Nya.

🙏 Doa:
Ya Bapa di surga, terima kasih karena Engkau setia dalam setiap musim hidup kami. Ajarilah kami untuk bersandar pada janji-Mu dan menemukan damai-Mu di dalam Sabat yang suci ini. Kuatkan iman kami agar terus berharap dan berjalan bersama-Mu. Amin.

Ucapan Sabat:

“Let your heart rest upon His promises — for every word from God is a promise kept.”

Selamat menyambut Sabat yang kudus dan penuh damai, from Margie Amelia.
🌅 Happy Sabbath — beristirahatlah dalam janji-Nya yang setia.


31 Oct 2025

Renungan Buka Sabat – 31 Oktober 2025 🌿 “Damai di Tengah Badai” 🌿


“Sabat adalah tanda kasih yang menghubungkan surga dan bumi.” — Ellen G. White



Sore ini, ketika matahari mulai tenggelam dan Sabat yang diberkati mendekat, Tuhan mengundang kita untuk berhenti sejenak dari hiruk-pikuk dunia dan merasakan kedamaian surgawi yang hanya ditemukan di dalam-Nya.

Sering kali hidup membawa badai — kekhawatiran, kesedihan, dan beban yang tampak tak tertanggungkan. Namun, di tengah gelombang yang bergelora, Sabat hadir sebagai pelabuhan yang tenang. Tuhan berkata, “Datanglah kepada-Ku, hai kamu semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Matius 11:28).

Di setiap Sabat, Tuhan ingin kita mengingat bahwa Dialah yang memegang kendali atas hidup kita. Kita tidak berjalan sendirian. Saat dunia berputar cepat dan suara-suara kekhawatiran memenuhi pikiran, Sabat mengajarkan kita untuk diam — dan tahu bahwa Allah tetap setia.

📖 Ayat Renungan:

“(46-11) "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!” — Mazmur 46:11

📜 Kutipan Ellen G. White:

“Sabat adalah tanda kuasa Kristus yang menjadikan kita kudus... Ia diberikan kepada semua yang melalui Kristus menjadi bagian dari Israel Allah.”
Ellen G. White, The Desire of Ages, hlm. 288

🕊️ Perenungan:
Biarlah Sabat ini menjadi waktu untuk membiarkan damai Kristus menenangkan setiap badai di hati. Ketika kita meletakkan beban di kaki-Nya, kita menemukan kekuatan baru — bukan dari diri kita sendiri, melainkan dari kasih yang tak tergoyahkan.

🙏 Doa:
Bapa di surga, terima kasih atas Sabat-Mu yang suci. Di tengah kesibukan dunia, Engkau memberi kami waktu untuk beristirahat dan mendekat kepada-Mu. Berkatilah hati kami agar tetap tenang dalam kasih-Mu dan kuat menghadapi hari-hari yang akan datang. Amin.

Ucapan Sabat:

“May the peace of the Sabbath calm every storm within your soul.”

Selamat menyambut Sabat yang penuh damai, Semuanya.
🌅 Happy Sabbath — rest in His unfailing love.

24 Oct 2025

Renungan Buka Sabat – 24 Oktober 2025 🌾 Kasih yang Menenangkan di Hari Kudus 🌾




Ketika matahari perlahan tenggelam dan sinarnya memudar di ufuk barat, tibalah Sabat yang diberkati. Udara sore terasa lebih damai, seakan alam pun turut berhenti untuk memuliakan Penciptanya. Di tengah hiruk-pikuk kehidupan yang melelahkan, Tuhan memanggil kita untuk datang dan beristirahat dalam kasih-Nya.

Sabat bukan sekadar jeda dari pekerjaan, melainkan waktu yang mengingatkan kita akan kasih setia Tuhan yang tak pernah berakhir. Ia ingin agar kita berhenti dari kekhawatiran dan belajar mempercayai pemeliharaan-Nya sepenuhnya. Dalam jam-jam kudus ini, kita menemukan keindahan hubungan yang diperbarui antara jiwa dan Pencipta.

🕊️ Renungan:
Sabat mengajarkan bahwa kita tidak hidup untuk bekerja tanpa henti, tetapi untuk mengenal dan menikmati kehadiran Tuhan. Dunia sering mengukur nilai hidup dari hasil kerja, tetapi Sabat datang untuk mengingatkan: nilai sejati kita ada dalam kasih Tuhan, bukan dalam prestasi kita.

📖 “Dan Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.” — Kejadian 2:3

📜 Kutipan Ellen G. White:

“Sabat diberikan untuk menjadi suatu berkat bagi manusia. Ia mengingatkan kita akan kasih Allah yang besar dalam menciptakan dunia dan dalam menebus kita dari dosa.”
Ellen G. White, The Desire of Ages, hlm. 281

🙏 Doa Singkat:
Bapa yang penuh kasih, terima kasih atas Sabat-Mu yang suci. Ajar kami untuk berhenti sejenak dari hiruk-pikuk dunia ini dan menemukan kedamaian di dalam-Mu. Pulihkan hati kami, agar kami dapat melihat kasih-Mu yang selalu baru setiap Sabat. Amin.

Tulisan untuk ilustrasi:

“Happy Sabbath — rest in His unfailing love.”

💛 Tema besar: Sabat Membuat Perbedaan yang Benar

Selamat menyambut Sabat yang kudus, Margie Amelia.
Happy Sabbath 💫




 

17 Oct 2025

Renungan Buka Sabat – 17 Oktober 2025 Sabat: Waktu yang Memulihkan Jiwa

 


Ketika minggu ini perlahan berakhir dan senja Sabat mulai turun dengan lembut, hati kita diajak untuk berhenti sejenak dari kesibukan dunia. Dalam keheningan sore ini, Tuhan memanggil kita untuk datang kepada-Nya — bukan hanya untuk beristirahat secara jasmani, tetapi untuk memulihkan jiwa kita yang lelah oleh pergumulan hidup.

Sabat adalah waktu suci di mana kita diingatkan bahwa hidup ini bukan semata tentang bekerja dan berjuang, tetapi tentang mengenal Dia yang menciptakan kita. Tuhan berkata, “Enam hari lamanya engkau akan bekerja, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat bagi TUHAN, Allahmu.” (Keluaran 20:9–10).
Hari ini, undangan itu masih sama — undangan untuk meletakkan beban, menyerahkan kekhawatiran, dan menikmati kehadiran-Nya.

Renungan:
Sabat bukan sekadar hari tanpa pekerjaan, tetapi waktu untuk menyentuh keabadian. Di tengah dunia yang terburu-buru, Sabat mengajarkan kita ritme kasih dan ketenangan ilahi. Ia mengingatkan kita siapa diri kita — bukan hasil dari kerja kita, melainkan anak-anak yang dikasihi oleh Pencipta kita.

“Sabat diberikan kepada manusia untuk mengingatkan dia kepada Allah, dan untuk mengajarnya menghargai karya tangan-Nya. Hari ini dikhususkan untuk membantu manusia mengenal dan mengasihi Penciptanya.”
Ellen G. White, Patriarchs and Prophets, hlm. 48

Doa Singkat:
Ya Tuhan, terima kasih atas Sabat-Mu yang kudus. Pulihkan hati kami, berilah kami damai-Mu, dan ajar kami untuk diam di dalam kasih-Mu. Kiranya Sabat ini membawa terang bagi jiwa kami dan bagi setiap rumah yang memuliakan nama-Mu. Amin.

16 Oct 2025

🌷 Kelahiran dan Rencana Allah: Saat Dunia Menciptakan Kehidupan dengan Tangan Sendiri


“Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, Engkau menenun aku dalam kandungan ibuku.”
Mazmur 139:13

 

💫 Kehidupan: Anugerah, Bukan Rekayasa

Dunia modern terus melangkah maju. Ilmu pengetahuan kini sanggup menjangkau bintang-bintang di langit, bahkan membantu manusia “menciptakan kehidupan” melalui teknologi seperti surrogacy — seorang perempuan yang mengandung bayi bagi orang lain.

Sekilas, ini tampak menakjubkan. Banyak orang memujinya sebagai mukjizat kemanusiaan, sebuah jalan keluar bagi mereka yang tidak bisa memiliki anak secara alami.
Namun, di balik semua itu ada pertanyaan rohani yang dalam:
Apakah manusia masih melihat kehidupan sebagai anugerah Allah, atau sudah menganggapnya hasil karya tangan sendiri?


🌿 Kasih dan Rencana Ilahi

Allah menciptakan setiap kehidupan dengan kasih yang kudus.
Dia menenun kita dengan lembut di dalam rahim ibu kita, dengan rencana yang unik dan tak ternilai.
Tidak ada satu pun manusia yang “terjadi begitu saja.”

Dalam pandangan surgawi, kelahiran bukan sekadar peristiwa biologis, tetapi tindakan kasih Allah yang melibatkan tangan dan hati-Nya sendiri.
Ketika manusia berusaha mengendalikan proses ini sepenuhnya, terkadang mereka tanpa sadar melangkah ke wilayah yang seharusnya tetap menjadi misteri Allah.


🌸 Hikmat dan Kasih

Namun Allah juga adalah Allah yang penuh belas kasih.
Ia melihat hati setiap orang — termasuk mereka yang rindu memiliki anak namun tidak bisa secara alami.
Tuhan tidak melihat pada teknologi, tetapi pada motif hati.
Ia mengerti setiap air mata dan setiap kerinduan untuk mengasihi.

Namun, kasih sejati harus berjalan selaras dengan kebenaran.
Sebab kasih tanpa kebenaran bisa menuntun kita menjauh dari rencana Tuhan, sementara kebenaran tanpa kasih bisa membuat kita kehilangan belas kasihan.
Keduanya harus berjalan bersama — seperti dua tangan yang menenun kain kehidupan.


🌼 Panggilan bagi Umat Percaya

Sebagai anak-anak Allah, kita dipanggil untuk:
✨ Menghormati kehidupan sebagai anugerah kudus dari Pencipta.
✨ Berdoa bagi setiap anak yang lahir, agar bertumbuh dalam kasih dan terang Kristus.
✨ Percaya bahwa Allah sanggup memberikan mukjizat dalam waktu dan cara-Nya sendiri.

“Segala sesuatu yang dijadikan Allah indah pada waktunya.”
Pengkhotbah 3:11

 

💖 Penutup

Dunia boleh menemukan banyak cara untuk melahirkan,
tetapi hanya kasih Allah yang sanggup menumbuhkan jiwa.
Biarlah setiap kehidupan mengingatkan kita pada kasih terbesar — kasih dari Sang Pencipta yang menenun kita dengan tujuan surgawi.


10 Oct 2025

*Renungan Buka Sabat* ```SABAT KEEMPAT PULUH SATU``` *MEREKA YANG MENERIMA METERAI ITU*

 


*_Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya. Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela._* (Wahyu 14:1,5).


*Hanya mereka yang menerima meterai dari Allah yang hidup yang akan memiliki paspor memasuki gerbang kota suci.*


Meterai Allah yang hidup hanya dikenakan kepada mereka yang tabiatnya sama dengan Kristus.


Sebagaimana lilin mengambil pengaruh meterai, begitulah jiwa harus mengambil pengaruh Roh Allah dan menahan citra Kristus.


*Banyak orang tidak akan menerima meterai Allah oleh sebab mereka tidak memelihara perintah-perintah-Nya atau membawa buah-buah kebenaran.*


Massa orang banyak yang mengaku Kristen akan menemui kekecewaan pahit pada hari Allah. Di dahi mereka tidak ada meterai Allah yang hidup. Suam dan tidak sepenuh hati, mereka tidak menghormati Allah jauh lebih buruk dari pada orang-orang yang nyata-nyata tidak percaya. Mereka meraba-raba dalam kegelapan, ketika seharusnya mereka berjalan dalam terang siang Firman itu, di bawah bimbingan Oknum yang tidak pernah salah itu.


Mereka yang akan diantar oleh Anak Domba ke mata air yang hidup, dan dari siapa Ia akan menghapuskan air matanya, ialah yang sekarang mau menerima pengetahuan dan pengertian yang diungkapkan dalam Alkitab, Firman Allah itu.


Kita tidak boleh meniru sesama manusia. Tidak ada manusia yang cukup bijaksana yang harus menjadi teladan kita. Kita harus memandang kepada manusia Yesus Kristus, yang lengkap dalam kesempurnaan kebenaran dan kesucian. Dialah yang mengubah dan merampungkan iman. Dialah Manusia teladan. Pengalaman-Nya merupakan ukuran pengalaman yang harus kita capai. Tabiat-Nya adalah model kita. Jadi, marilah kita menghilangkan segala kebingungan dalam pikiran kita dan segala kesulitan dalam hidup ini, dan menghadapkan semua hal itu kepada-Nya, supaya oleh memandangnya kita berubah menjadi serupa dengan Dia. Kita boleh memandang Kristus untuk maksud yang baik. Kita boleh memandang kepada-Nya dengan aman; karena dalam segala hal Ia bijaksana. Sementara kita memandang pada-Nya dan memikirkan tentang Dia, maka Ia akan membentuk dalam hati, pengharapan kemuliaan.


*Marilah kita berjuang dengan segenap kuasa yang dikaruniakan Allah kepada kita supaya berada di antara seratus empat puluh empat ribu itu.*—SDA Bible Commentary, jilid 7, hl. 970.


Tampaknya yang sudah menerima meterai Allah menurut buku Wahyu pasal 7 adalah mereka yang jumlahnya seratus empat puluh empat ribu itu. Di bagian lain tulisan Roh Nubuat, dikatakan bahwa kita tidak usah memusingkan mengenai "siapakah itu yang seratus empat puluh empat ribu, karena mereka akan dipilih oleh Allah dalam waktu yang singkat.” Selected Messages, buku 2, hl. 274.


*Namun, apabila kita menguduskan hari Sabat dengan baik, maka kita akan menerima meterai dan kita akan berada di antara yang seratus empat puluh empat ribu itu.*


```Kiranya Tuhan Selalu Memberkati Kita!```

3 Oct 2025

Renungan Buka Sabat - SABAT KEEMPAT PULUH - SABAT SALAH SATU METERAI ALLAH

 



Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat." (Markus 2:27, 28).


Camkanlah hal ini dengan cermat. Mereka yang menerima tanda murni kebenaran itu, yang ditaruh pada mereka oleh kuasa Roh Kudus, dilambangkan oleh tanda pada orang yang berjubah putih, ialah orang-orang "yang berkeluh kesah karena segala perbuatan keji yang dilakukan" di dalam gereja.—Testimonies for the Church, jilid 3, hl. 267.


Golongan yang tidak bersedih atas kemerosotan rohani mereka sendiri, atau berkabung atas dosa orang lain, akan ditinggalkan tanpa meterai Allah.


Tidak semua orang yang mengaku memelihara hari Sabat akan dimeterai. Bahkan banyak orang sampai kepada mereka yang mengajarkan kebenaran itu kepada orang lain tidak akan menerima meterai Allah pada dahi mereka. Mereka memiliki terang kebenaran, mereka mengetahui kehendak Tuhan mereka, mereka mengerti setiap tujuan iman kita, tetapi mereka tidak bekerja dengan sepantasnya.


Tidak satupun di antara yang akan pernah menerima meterai Allah apabila didapati cela atau noda dalam tabiat kita. Telah diserahkan kepada kita untuk menyembuhkan cacat cela dalam tabiat kita, untuk membersihkan kaabah jiwa dari pada setiap kenajisan. Barulah hujan akhir dicurahkan pada kita seperti hujan awal dicurahkan kepada murid-murid.


Saudara-saudara, apakah yang engkau sedang lakukan dalam pekerjaan besar mengadakan persiapan? Mereka yang sedang bersatu dengan dunia sedang menerima pembentukan duniawi dan bersedia menerima tanda binatang. Mereka yang tidak bergantung atas diri sendiri, yang merendahkan diri mereka di hadapan Allah dan menyucikan jiwa mereka dengan menuruti kebenaran, mereka inilah yang akan menerima bentukan sorga dan bersedia menerima meterai Allah di dahi mereka. Apabila maklumat berlangsung dan cap dikenakan, tabiat mereka akan tetap murni tidak berkecelaan demi hidup kekal.


Sekaranglah waktunya untuk bersedia. Meterai Allah tidak pernah akan dikenakan ke atas dahi seorang pria atau wanita yang tidak suci. Meterai itu tidak pemah akan dikenakan ke atas dahi pria atau wanita yang berambisi dan mengasihi dunia. Meterai itu tidak pernah akan dikenakan ke atas dahi para pria dan wanita yang bibirnya palsu atau hatinya penipu. Semua yang menerima meterai itu harus tidak bercela di hadapan Allah, sebagai calon-calon sorga.—Testimonies for the Church, jilid 5, hl. 213-216.


Apabila kita telah dimeterai, dengan meterai Allah, yang salah satunya adalah hari Sabat, maka kita akan dikukuhkan sebagai umat pilihan Allah yang benar-benar menunggu kedatangan Juruselamat yang kedua kali. Namun, kita tidak akan menerima meterai itu apabila kita tidak setia dalam memelihara hari Sabat. Bagaimanakah kita harus memelihara hari Sabat? Pelajaran yang kita terima sebelum dibaptis, untuk masuk menjadi anggota Gereja Allah yang benar, ialah, bilamana kita menguduskan hari Sabat itu adalah dari masuk matahari sampai masuk matahari. Itulah sebabnya mengapa ada istilah buka Sabat dan tutup Sabat.


Kita bersyukur sekarang oleh sebab dengan petunjuk Ilahi, kita dapat menerbitkan buku yang berjudul "Renungan Buka Sabat" yang saudara pegang sekarang. Berusahalah dengan sungguh-sungguh untuk menerima meterai Allah, yang antara lain dengan menguduskan hari Sabat. Hari Sabat adalah untuk kita manusia, bukan manusia untuk hari Sabat. Dengan menguduskan hari Sabat kita adalah milik kepunyaan Allah.


Kiranya Tuhan Selalu Memberkati Kita

26 Sept 2025

Renungan Buka Sabat - SABAT KETIGA PULUH SEMBILAN - SERUKAN TANDA BAHAYA

 



Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya. Keluaran 20:11.


Akuilah Dia dalam segala laku kita, maka Ia akan meluruskan jalan kita. Kita harus menanyakan firmanNya dengan kerendahan hati, meminta nasihatNya, dan menyerahkan kemauan kita kepada kemauanNya. Kita tidak dapat berbuat sesuatu tanpa Allah.


Ada alasan yang tertinggi bagi kita untuk memuliakan hari Sabat yang benar itu dan berdiri mempertahankannya, sebab itu merupakan tanda yang membedakan umat Allah di dunia. Oleh karena perintah yang satu ini dirombak dunia, ini menjadi alasan yang terutama mengapa umat Allah harus memberikan penghormatan yang lebih besar. Bilamana orang yang tidak percaya merasa muak terhadap Firman Allah, maka Kaleb-Kaleb yang setiawan dipanggil. Oleh sebab itulah mereka mau berdiri teguh di tempat pekerjaan tanpa menonjolkan diri, dan dengan tidak goyah oleh celaan. Para mata-mata yang tidak percaya siap untuk membinasakan Kaleb. Ia melihat batu-batu di tangan mereka yang telah memberikan laporan palsu, tetapi hal ini tidak menjadikan dia gentar; ia mempunyai suatu pekabaran dan ia harus menyampaikannya. Roh yang sama akan dinyatakan oleh mereka yang benar terhadap Allah pada zaman ini.


Pemazmur berkata: "Mereka telah merombak TauratMu. Itulah sebabnya aku mencintai perintah-perintahMu lebih dari pada emas, bahkan lebih dari pada emas tua." Mazmur 119:126, 127. Apabila manusia datang dekat ke sisi Yesus, apabila Kristus tinggal dalam hati mereka oleh iman, maka kecintaan mereka terhadap perintah-perintah Allah akan bertumbuh lebih kuat dalam pertimbangan dengan penghinaan yang dilancarkan dunia terhadap hukum-hukumNya yang kudus. Sekaranglah waktunya hari Sabat yang benar itu harus dihadapkan kepada orang banyak melalui pena dan suara. Oleh karena perintah keempat dan mereka yang memeliharanya tidak dipedulikan dan ditolak, maka orang-orang yang setia merasa bahwa sekaranglah waktunya tidak mau lagi menyembunyikan iman mereka tetapi meninggikan hukum Yehova dengan membentangkan panji di atas mana tertera pekabaran malaikat ketiga, perintah-perintah Allah dan iman akan Yesus.


Janganlah kiranya mereka yang memegang kebenaran ini karena kebenaran ini ada di tangan Yesus memberikan sanksi, dengan berdiam diri, melakukan perbuatan jahat yang tersembunyi. JANGANLAH PERNAH BERHENTI MEMBUNYIKAN TANDA BAHAYA. . . . KEBENARAN TIDAK BOLEH DISEMBUNYIKAN, IA TIDAK BOLEH DITOLAK ATAU DIREMEHKAN, TETAPI HARUS DINYATAKAN SEPENUHNYA DAN DIKUMANDANGKAN DENGAN BERANI.—Selected Messages, buku 2, hl. 369, 370.


Untuk apakah kita menyerukan tanda bahaya? Dunia kini sedang berada di tepi jurang kehancuran. Tanda bahayanya harus kita serukan, oleh karena ada kesempatan bagi manusia untuk terlepas dari bahaya-bahaya itu. Kehancuran dunia akan terjadi oleh sebab pelanggaran manusia terhadap hukum-hukum Allah. Tentu saja, di antaranya adalah hukum keempat, hukum hari Sabat. Gantinya manusia sekarang menguduskan hari itu, malahan hari itu dijadikan hari bisnis besar, hari berniaga besar, hari berlibur besar, dan lain-lain, dan lain-lain, yang kesemuanya itu adalah penghinaan bagi Allah.


Kita masih punya waktu, masih ada kesempatan untuk berbenah. Kita masih boleh mengatur diri kita untuk meninggalkan pelanggaran kita kepada hukum-hukum Allah, meninggalkan segala kejahatan kita di mata Allah, oleh sebab bukan semua orang yang berseru, "Tuhan, Tuhan, Tuhan," yang akan selamat, melainkan mereka yang melakukan kehendakNya. Salah satu kehendaknya ialah, "Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat."


Kiranya Tuhan Selalu Memberkati Kita.

19 Sept 2025

Renungan Buka Sabat - SABAT KETIGA PULUH DELAPAN - YANG PELIHARA HARI SABAT DISUCIKAN

 



Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuatNya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuatNya itu. Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuatNya itu. Kejadian 2:2, 3.

Allah telah memaklumkan dalam firmanNya bahwa hari ketujuh adalah tanda antara Dia dan umat pilihanNya, tanda kesetiaan mereka.

HARI KETUJUH ADALAH HARI YANG DITENTUKAN ALLAH. IA TIDAK MEMBIARKAN MASALAH HARI KETUJUH INI BENTUKNYA DIUBAH OLEH IMAM ATAU RAJA. BEGITU BESAR KEPENTINGANNYA SEHINGGA TIDAK BOLEH DIBIARKAN PADA PERTIMBANGAN MANUSIA. Allah melihat bahwa manusia akan mempelajari keyakinan mereka sendiri, dan menentukan suatu hari terbaik yang cocok dengan kecenderungan mereka, hari yang tidak menyandang kekuasaan Ilahi; dan dengan tegas Ia telah menyatakan bahwa hari yang ketujuh adalah hari Sabat Tuhan.

Setiap manusia di dunia berada di bawah undang-undang pemerintahanNya. Allah telah menempatkan hari Sabat itu di ribaan Sepuluh Firman, dan menjadikan hari itu tanda penurutan. Melalui hari itu kita dapat mempelajari kuasaNya, seperti yang ditunjukkan dalam pekerjaanNya dan FirmanNya.

Manusia tidak dapat menempatkan diri mereka sendiri dengan lebih jelas bertentangan dengan pekerjaan Allah dan hukumNya dari pada mempertahankan hari yang tanpa satupun bukti kesucian, dan mengaku berbakti kepadaNya pada hari itu. Mereka yang merusak hukum itu dengan menempatkan hari Sabat palsu gantinya hari Sabat Allah yang kudus itu, dan yang memaksakan pemeliharaan hari Sabat palsu ini, meninggikan diri mereka sendiri di atas Allah, dan menghormati yang palsu di atas yang murni.

Penyucian dinyatakan oleh orang-orang yang mengaku Kristen yang tidak mempedulikan hari perhentian Allah yang kudus demi suatu hari sabat yang dipaksakan. Tetapi Allah memaklumkan bahwa penyucian yang berasal dari Dia dicurahkan hanya kepada mereka yang menghormatiNya oleh mentaati perintah-perintahNya. Penyucian ini yang diakui oleh mereka yang terus-menerus melakukan pendurhakaan adalah penyucian yang dipaksakan. Demikianlah dunia agama ditipu oleh musuh Allah dan manusia.

Manusia sudah memperoleh banyak penemuan. Mereka telah mengambil suatu hari biasa, yang tidak disucikan Allah, dan telah menyelubunginya dengan hak istimewa yang keramat. Mereka telah memaklumkan hari itu menjadi hari kudus, tetapi ini tidak memberi hari itu ada bekas kesucian. Mereka menghina Allah oleh menerima lembaga manusia dan menyodorkan kepada dunia sebagai Hari Sabat Kristen suatu hari yang tidak berdasarkan kekuasaan. "Demikianlah firman Tuhan."—Signs of the Times, 31 Maret 1898.

SEBAGAIMANA ALLAH MENYUCIKAN HARI SABAT, HARI YANG KETUJUH DALAM MINGGU, BEGITU PULALAH IA AKAN MENYUCIKAN MEREKA (ORANG-ORANG) YANG MEMELIHARA HARI SABAT. INGAT, HANYA ORANG YANG SUCI HATINYA YANG AKAN MELIHAT ALLAH. MARILAH KITA MENYUCIKAN DIRI KITA, DENGAN MENGUDUSKAN HARI SABAT TUHAN ALLAH YANG BENAR.

```Kiranya Tuhan Selalu Memberkati Kita!```

12 Sept 2025

Renungan Buka Sabat - SABAT KETIGA PULUH TUJUH - KESUCIAN SEMU

 


Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran. Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui, bahwa kita ada di dalam Dia. 1 Yohanes 2:4, 5


Dewasa ini penyucian itu sedang mendapat tempat yang menyolok dalam dunia keagamaan yang membawa bersamanya roh meninggikan diri dan meremehkan hukum Allah yang menandakan penyucian itu menjadi asing dalam ukuran agama Alkitab. Ia menyokong pengajaran bahwa penyucian adalah suatu pekerjaan yang tiba-tiba, yang olehnya melalui iman sendirian, mereka mencapai kesucian sempurna. Mereka berkata, "Percaya saja, maka berkat akan menjadi milikmu." Di pihak si penerima tidak perlu ada usaha lebih jauh yang seharusnya menjadi tuntutan. Pada saat yang sama mereka menyangkali kekuasaan hukum Allah, sambil menonjolkan diri bahwa mereka bebas dari kewajiban untuk memelihara hukum-hukum itu. TETAPI MUNGKINKAH MANUSIA MENJADI KUDUS, SESUAI DENGAN KEHENDAK DAN TABIAT ALLAH, TANPA MENYESUAIKAN DIRI DENGAN PRINSIP-PRINSIP SEBAGAI PERNYATAAN SIFAT DAN KEHENDAK-NYA?


Kerinduan terhadap suatu agama yang gampang, yang tidak ada pergumulan, tidak ada penyangkalan diri, tidak ada perceraian dari kejahatan dunia, telah membuat doktrin iman, cuma sekadar doktrin saja yang populer, tetapi apakah kata firman Allah? Rasul Yakobus berkata: "Apakah gunanya, saudara-sudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? . . . Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? ..."


Kesaksian firman Allah menentang doktrin iman tanpa perbuatan yang menjerat ini. Bukanlah iman yang menuntut belas kasihan Sorga tanpa mematuhi persyaratan ke atas mana rahmat akan dianugerahkan, itu adalah kelancangan, karena iman yang tulen adalah berdasarkan atas perjanjian dan jaminan Kitab Suci.


BIARLAH JANGAN ADA ORANG YANG MENIPU DIRINYA SENDIRI DENGAN KEPERCAYAAN BAHWA MEREKA DAPAT MENJADI KUDUS SEMENTARA DENGAN SENGAJA MELANGGAR SALAH SATU DARI PADA TUNTUTAN-TUNTUTAN ALLAH.


Perbuatan sebagai dosa yang diketahui membungkam suara Roh yang menyaksikan dan memisahkan jiwa dari Allah. . . . "Barangsiapa berkata, aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran. Tetapi barangsiapa menuruti firmanNya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah." 1 Yohanes 2:4, 5.—Revival and Beyond, hl. 15-17.


IMAN KEPADA ALLAH TERMASUK MELAKUKAN PERINTAH-PERINTAH-NYA. BANYAK ORANG DI DUNIA YANG MENGAKU BERAGAMA, MENGAKU BERIMAN, TETAPI TIDAK MELAKUKAN SELURUH PERINTAH ALLAH, ANTARA LAIN MENGUDUSKAN HARI SABAT. Menurut Rasul Yohanes, mereka adalah pembohong, dan kebenaran tidak terdapat di dalam diri mereka. Kita harus mencari kebenaran itu dengan sempurna, supaya iman kita menjadi sempurna, termasuk menguduskan hari Sabat. Kesucian semu dipegang oleh banyak orang Kristen walau mereka tidak menguduskan hari Sabat. Kiranya hari Sabat ini menjadi Sabat berkat, Sabat kesukaan, dan Sabat kesucian!


Kiranya Tuhan Selalu Memberkati Kita!

5 Sept 2025

Renungan Buka Sabat - SABAT KETIGA PULUH ENAM - UMAT ALLAH DITENTANG

 


Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus. Wahyu 12:17


Umat kita telah dipandang terlalu sepele, tetapi waktunya akan datang untuk perubahan. Dunia Kristen kini mengadakan pergerakan yang akan membawa orang-orang yang memelihara hukum menjadi lebih unggul.—Testimonies for the Church, jilid 5, hl. 546.


Seluruh dunia akan digerakkan untuk membenci Masehi Advent, sebab mereka tidak mau memberi hormat kepada kepausan. oleh menyucikan hari Minggu, lembaga yang memiliki kuasa anti Kristen. Itulah maksud Setan membuat mereka terhapus sama sekali dari dunia ini supaya dalam keunggulannya atas dunia ini tidak dipertentangkan lagi. —Testimonies to Ministers, hl. 37.


Setiap kedudukan yang diambil oleh umat kita akan mendapatkan kritik dari orang-orang yang sangat cerdik; orang orang besar dunia yang paling tinggi akan turut campur tangan dengan kebenaran, dan karenanya setiap kedudukan yang kita ambil harus diteliti dengan sangat berhati-hati dan diuji oleh Kitab Suci. Kini kita tampaknya tidak mendapat perhatian, tetapi tidak selamanya demikian. Pergerakan sedang berlangsung untuk menghadapkan kita ke garis depan, dan jika teori kita tentang kebenaran dapat dipetik oleh para sejarahwan atau orang-orang besar dunia ini, biarlah mereka melakukannya.


Secara pribadi kita harus tahu sendiri apakah kebenaran itu, dan bersedia menyampaikan alasan yang kita miliki dengan lemah lembut dan rasa takut, bukan dengan angkuh dan kesombongan, kepentingan diri sendiri, melainkan dengan Roh Kristus. Kita sedang mendekati waktunya bilamana kita harus dapat berdiri sendiri untuk menjawab, menyatakan kepercayaan kita.—Evangelism, hl. 69.


KITA AKAN MENDAPAT SERANGAN DARI SEGALA ARAH; KITA AKAN DIUJI DENGAN SANGAT BERAT. Kita tidak ingin memegang iman kita secara remeh sebab hal itu diserahkan oleh leluhur kita. Iman semacam itu tidak akan dapat bertahan menghadapi ujian yang amat berat yang terbentang di hadapan kita. Kita ingin tahu mengapa kita menjadi Masehi Advent Hari Ketujuh, alasan sesungguhnya apa yang mendorong kita sampai kita keluar meninggalkan dunia ini untuk menjadi orang yang terpisah dan asing dari yang lain.


Kuasa kegelapan akan membuka serangan yang ditujukan kepada kita; dan semua orang yang bersikap acuh tak acuh dan lalai, yang telah menempatkan kasih sayang mereka pada harta kekayaan duniawi, dan yang tidak mau memahami hubungan Allah dengan umatNya, akan menjadi mangsanya. TIDAK ADA KUASA, SELAIN DARI PADA PENGETAHUAN AKAN KEBENARAN SEBAGAIMANA YANG TERDAPAT DALAM YESUS, YANG PERNAH AKAN MEMBUAT KITA TEGUH; tetapi dengan kebenaran ini, seseorang dapat mengusir seribu, dua ribu sampai sepuluh ribu orang yang akan lari pontang-panting.—Review and Herald, 29 April 1884.


Sejak mulainya sidang Kristus di dunia ini, Setan yang sudah kalah dalam peperangannya dengan Yesus, ketika Yesus bangkit dari antara orang mati karena maut tidak berkuasa atasnya, akan berusaha dengan segala kelihaiannya untuk menipu, menindas, menganiaya, dan membunuh umat Allah. TETAPI INI SEMUA ADALAH UJIAN UNTUK KITA, DAN JIKA KITA MENANG, KITA AKAN MAKAN SEHIDANGAN DENGAN TUHAN DI DALAM KERAJAANNYA.


Kiranya Tuhan Selalu Memberkati Kita!

1 Sept 2025

Indonesia Sedang Tidak Baik-Baik Saja


Indonesia sedang kacau. 
Demo di mana-mana 
Alasannya hanya satu
Memperjuangkan hak rakyat 
yang diambil oleh para penguasa negeri.

Katanya wakil rakyat,
Tapi mengambil hak rakyat!
Katanya wakil rakyat,
Tapi malah membuat rakyat sengsara!

Mereka malah bersenang-senang di atas penderitaan rakyat!
Rakyat menangis melihat perbuatan kalian!
Ingin menjerit tapi tak bisa!
Menangis pun kalian tidak akan peduli. 

Mana mau kalian mendengarkan kami?!
Wahai kalian yang menyebut dirinya 
Wakil rakyat. masih bisakah kami percaya padamu?
Indonesia, apakah kami sudah benar-benar merdeka? 

29 Aug 2025

Renungan Buka Sabat - SABAT KETIGA PULUH LIMA - SABAT DIPALSUKAN



Bumi cemar karena penduduknya, sebab mereka melanggar undang-undang, mengubah ketetapan dan mengingkari perjanjian abadi. Yesaya 24:5


Rakyat Amerika Serikat terkenal dengan orang-orang yang murah hati, tetapi bilamana membatasi kebebasan beragama, meninggalkan paham Protestanisme, dan mengarahkan wajahnya kepada kepausan, maka takaran dosa mereka akan menjadi penuh, dan "kemurtadan nasional” akan tercatat dalam buku-buku sorga Akibatnya, kemurtadan ini akan menimbulkan kehancuran nasional.—Review and Herald, 2 Mei 1893.


Oleh perintah yang memaksa, lembaga kepausan melanggar hukum Allah, maka bangsa kita akan memutuskan dirinya sepenuhnya dari kebenaran. Bilamana paham (Protestanisme) merentangkan tangannya untuk berpegangan tangan dengan kuasa Roma, bilamana ia menyeberangi jurang pemisah untuk bergandengan tangan dengan spiritualisme, bilamana di bawah pengaruh kesatuan tiga serangkai ini, negara kita (Amerika Serikat) akan menolak setiap prinsip Undang-Undangnya sebagai satu negara Protestan dan pemerintah Republik, dan akan menyediakan perlengkapan penyebaran kepalsuan kepausan dan angan-angan, kemudian kita akan mengetahui bahwa waktunya sudah tiba bagi Setan untuk melakukan pekerjaan yang menakjubkan, dan itulah pertanda kesudahan sudah dekat.—Testimonies for the Church, jilid 5, hl. 451.


Dengan perantaraan Spiritualisme, Setan muncul bagaikan seorang yang murah hati, menyembuhkan penyakit banyak orang, dan mengaku mengemukakan satu sistem iman agama yang baru dan ditinggikan; tetapi pada saat yang sama ia bekerja sebagai seorang perusak.


Sementara ia tampil di tengah-tengah manusia sebagai seorang tabib atau dokter terkenal yang dapat menyembuhkan segala macam penyakit mereka, maka ia akan membawa penyakit dan kebinasaan, sehingga kota-kota yang padat penduduknya berkurang untuk mendapatkan kehancuran dan reruntuhan puing.


Dan kemudian si penipu yang lihai itu akan membujuk orang-orang dan mengatakan bahwa mereka yang melayani Allah itulah yang menyebabkan timbulnya malapetaka ini.—The Great Controversy, hl. 589, 590.


Sementara manusia meninggalkan Allah semakin lama semakin jauh, Setan diizinkan menguasai orang-orang durhaka itu sepenuhnya. Ia melemparkan kebinasaan ke tengah-tengah manusia. Terjadilah kecelakaan di laut dan di darat. Harta kekayaan dan nyawa akan binasa oleh api dan air bah. Setan bertekad keras untuk memerintahkan hal ini supaya terjadi pada orang-orang yang tidak mau tunduk pada patung yang didirikannya. Sasaran ditujukan kepada Masehi Advent Hari Ketujuh sebagai penyebab kesukaran ini. "Orang-orang ini berdiri membela hukum," kata mereka. "Mereka menodai hari Minggu. Pada saat mereka dipaksa menurut hukum pemeliharaan hari Minggu, ketika itulah akan terputusnya penghakiman yang mengerikan ini."—Review and Herald, 16 Juli 1901.


Kiranya Tuhan Selalu Memberkati Kita!

22 Aug 2025

Renungan Buka Sabat - SABAT KETIGA PULUH EMPAT - SABAT UJIAN KESETIAAN

 


"Tetapi apabila kamu tidak mendengarkan perintah Ku untuk menguduskan hari Sabat dan untuk tidak masuk mengangkut barang-barang melalui pintu-pintu gerbang Yerusalem pada hari Sabat, maka di pintu-pintu gerbangnya Aku akan menyalakan api, yang akan memakan habis puri-puri Yerusalem, dan yang tidak akan terpadamkan." Yeremia 17:27


Pokok persoalan yang sangat menakutkan akan terjadi di dunia ini. Kuasa-kuasa dunia, bergabung dengan perang melawan hukum Allah, akan mengeluarkan perintah agar semua orang "kecil atau besar, kaya atau miskin, merdeka atau hamba," akan menghadapi kebiasaan-kebiasaan gereja menyucikan hari sabat yang palsu. Semua orang yang menolaknya akan dijatuhi hukuman mati. Di pihak lain, hukum Allah memerintahkan supaya menurutinya sebagai hari perhentian Khalik, dan mengancam dengan murka terhadap orang-orang yang melanggar ajaran-ajarannya.


Dengan pokok persoalan jelas yang terbentang di hadapannya, siapa saja yang menginjak-injak hukum Allah, lalu mengikuti hukum manusia, akan menerima tanda binatang itu; ia akan menerima tanda kesetiaan pada kuasa yang ditetapkan untuk dipilihnya ganti hukum Allah.


Hari Sabat akan menjadi ujian kesetiaan yang berat, karena itulah pokok kebenaran yang khusus dipertentangkan. Bilamana ujian yang terakhir dijalankan di tengah-tengah manusia, maka garis pemisah yang jelas akan ditarik di antara mereka yang melayani Allah dan yang tidak. Sementara pemeliharaan hari Sabat palsu bergandengan dengan hukum negara, berlawanan dengan hukum keempat, akan menjadi semacam sumpah setia kepada kuasa yang berlawanan dengan Allah, maka pemerliharaan hari Sabat, menurut hukum Allah, merupakan satu bukti kesetiaan pada Khalik. Sementara satu kelompok, oleh menerima tanda takluk pada kuasa duniawi, menerima tanda binatang itu, maka yang lain akan memilih tanda kesetiaan pada kuasa ilahi, menerima meterai Allah.


Sampai pada hari ini mereka yang mengumandangkan kebenaran pekabaran malaikat ketiga sering dipandang sebagai pengacau. . . . Tetapi sementara pertentangan pemeliharaan hari Minggu secara luas dilancarkan, satu peristiwa yang sudah lama diragukan dan kurang dipercaya akan tampak lebih dekat, dan pekabaran malaikat ketiga akan menimbulkan sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.—The Great Controversy, hl. 604-605.


Alangkah lihainya Setan itu, yang memberikan pekabaran amaran supaya berlaku setia kepada Allah, malahan dipandang sebagai pengacau. Mengapa demikian? Oleh sebab pekabaran yang mereka berikan bertentangan dengan kehendak Setan, si ular tua itu. Maka dengan kelihaiannya, ia menuduh hamba-hamba Allah yang setia sebagai pengacau. Di sini, hari Sabat itu, benar-benar merupakan ujian bagi umat Allah supaya menjadi umat pilihan. Ingat, engkau tidak cukup hanya menjadi umat Allah, engkau harus menjadi umat pilihan, barulah engkau dapat menerima pahala di dalam kerajaan Allah.


Apabila kita memandang ke belakang, sampai ke zaman Adam, Henokh, Abraham, Musa, Samuel, Daud, Elia sampai kepada Daniel dan nabi-nabi lainnya, mereka semua telah setia melakukan dan menuruti perintah-perintah Allah, maka mereka tercatat sebagai umat pilihan Allah, yang bahkan bukan saja menantikan kedatangan Yesus, malahan sudah ada yang bersama-sama dengan Yesus sekarang di dalam kerajaan sorga itu. Itulah Henokh, Musa, dan Elia. Saya percaya bahwa engkaupun ingin berada dengan mereka di dalam sorga. Semoga!


Kiranya Tuhan Selalu Memberkati Kita!

20 Aug 2025

Untuk Sahabatku

Hai Sahabat, apa kabar-Mu?

Di atas sana, masihkah

Kau menghakimi dunia ini?

Masih banyak kah dosa?


Aku rindu ingin melihat-Mu

Selama ini aku menunggu-Mu 

Berapa lama lagi  Sahabatku 

Berapa lama kami menunggu?


Bukankah Engkau telah berjanji,

Engkau akan datang segera?

Bukankan Engkau selalu menepati 

Janji yang Engkau ucapkan?


Telah ku lihat tanda-tanda 

Yang Engkau katan dalam kitab suci.

Semuanya telah terjadi Sahabatku.

Dunia semakin hancur Sahabatku! 


Dan akan semakin hancur 

Seiring berjalannya waktu maka 

Tidak akan ada tempat 

Yang aman bagi kami 


Bahkan negara kami yang 

Katanya telah merdeka selama 

80 tahun lamanya ini 

Perlahan-lahan mulai hancur Sahabatku!


Semakin lama akan semakin 

Besar kehancurannya, sekalipun banyak 

Yang berdoa pada-Mu untuk 

Perdamaiannya, namun takkan pernah terjadi.


Karena kami yang percaya 

Bahwa waktu yang Engkau

Tetapkan sudah sangat dekat. 

Datanglah Tuhanku, Sahabatku, Juruselamatku



Margie Amelia 

 18 Agustus 2025

Airmadidi, Minut, Sulawesi Utara




 Untuk Sahabatku Revisi Chatgpt


Hai Sahabat, apa kabar-Mu?

Di atas sana, masihkah

Engkau melihat dunia

Yang terus bergelimang dosa?

 

Aku rindu memandang wajah-Mu.

Selama ini ku menunggu,

Berapa lama lagi, Sahabatku,

Berapa lama kami menanti?

 

Bukankah Engkau berjanji:

“Aku datang segera”?

Janji-Mu tak pernah gagal,

Tak pernah Engkau ingkari.

 

Telah kulihat tanda-tanda

Yang tertulis dalam Kitab Suci—

Semuanya telah terjadi, Sahabatku,

Dunia ini kian hancur…

 

Semakin lama, semakin runtuh.

Tiada tempat aman tersisa,

Sekalipun banyak yang berdoa

Memohon damai di bumi fana.

 

Negeri kami yang katanya merdeka

Delapan puluh tahun lamanya,

Pun perlahan-lahan binasa

Dalam arus kehancuran dunia.

 

Namun kami percaya,

Waktu yang Kau tetapkan

Sudah sangat dekat…

Datanglah segera,

Tuhanku, Sahabatku, Juruselamatku.

 

Margie Amelia

18 Agustus 2025

Airmadidi – Minut, Sulawesi Utara 

 


15 Aug 2025

Ini Keren Banget


Hi, all readers!
Apa kabar kalian semua? 😊

Aku lagi nunggu buka Sabat nih. Sambil nunggu, aku kepikiran untuk menulis. Hehehe 😁 Udah lama banget ya nggak nulis? Jadi aku mau coba isi beberapa waktu ke depan dengan menulis lagi, meskipun cuma cerita pendek. Yang penting, aku bisa berbagi apa yang aku rasakan saat ini.

Oh ya, kemarin aku ulang tahun yang ke-42. "Tua juga ya aku, guys." 😅 Akhir-akhir ini aku lagi ikut Bible Study bareng Jesus for Indonesia Ministry. Tadi, topiknya adalah “Adakah Konsep Trinitas dalam Perjanjian Lama?” Oleh Bpk. RONALD D. PALANDIE. Walaupun sebelumnya aku sudah sering belajar tentang hal ini, rasanya tetap menyenangkan untuk terus diingatkan lagi.

Aku percaya bahwa Trinitas sudah ada bahkan sebelum dunia ini diciptakan. Sebelum seluruh alam semesta ada, mereka sudah bersama. Dan aku sungguh yakin akan hal itu.

Di akhir-akhir pelajaran tadi, aku merasa ada sesuatu yang ingin aku ungkapkan, meski hanya dalam hati. Hehehe 😁 Aku memang selalu terkagum-kagum pada Pribadi yang satu ini. Kalau sudah membicarakan tentang-Nya, rasanya hatiku bergetar dengan cara yang sulit dijelaskan.

Aku sering bilang dalam hatiku, “Dia keren banget.” Dan tadi aku mengulanginya lagi.
Tuhan Yesus, Engkau keren banget. Mukjizat yang Engkau lakukan di dunia ini keren banget. Bumi ini tercipta karena Engkau, itu keren banget. Dan aku ada sampai saat ini, itu pun keren banget.

Itulah ungkapan sederhana yang aku sampaikan dalam hatiku saat itu.

Oh iya, aku juga sempat menuliskan sebuah puisi yang bisa kalian baca di sini: Melihat Ke Langit (atau bisa juga langsung scroll ke bawah).

Terima kasih 


Renungan Buka Sabat - SABAT KETIGA PULUH TIGA - METERAI ALLAH DAN TANDA BINATANG

 


Apabila kamu sungguh sungguh mendengarkan Aku, demikianlah firman TUHAN, dan tidak membawa masuk barang-barang melalui pintu-pintu gerbang kota ini pada hari Sabat, tetapi menguduskan hari Sabat dan tidak melakukan sesuatu pekerjaan pada hari itu, maka melalui pintu-pintu gerbang kota ini akan berarak masuk raja-raja dan pemuka pemuka, yang akan duduk di atas takhta Daud, dengan mengendarai kereta dan kuda: mereka dan pemuka-pemuka mereka, orang-orang Yehuda dan penduduk Yerusalem. Dan kota ini akan didiami orang untuk selama-lamanya. Yeremia 17:24, 25


Orang-orang benar yang hidup akan menerima meterai Allah menjelang penutupan masa pencobaan.—Selected Messages, buku 1, hl. 66.


Tanda, atau meterai Allah dinyatakan dalam penyucian hari ketujuh, Sabat, hari peringatan penciptaan Tuhan. . . . Tanda binatang itu adalah lawan dari meterai Allah ini, yakni memelihara hari yang pertama dalam minggu.—Testimonies for the Church, jilid 8, hl. 117.


Pemeliharaan hari Minggu belum lagi merupakan tanda binatang itu, dan tidak akan menjadi tanda binatang sebelum keluar perintah mendesak manusia menyembah sabat yang palsu. Waktunya akan datang bilamana hari ini akan menjadi ujian, tetapi waktunya belum tiba.—SDA Bible Commentary, jilid 7, hl. 977.


Belum ada seorangpun yang telah menerima tanda binatang itu. Waktu ujian itu belum tiba. Ada orang-orang Kristen sejati dalam setiap gereja, tidak terkecuali di kalangan anggota gereja Roma Katolik. Belum ada seorangpun yang sudah dihukum sebelum mendapat terang, dan melihat kewajiban terhadap hukum yang keempat. Tetapi bilamana perintah sudah keluar untuk memaksakan hari Sabat palsu, dan suara nyaring malaikat ketiga berkumandang mengamarkan manusia supaya menyembah binatang dan patungnya, maka garispun ditariklah di antara yang palsu dan yang benar. Kemudian mereka yang terus-menerus melanggar akan menerima tanda binatang itu.—Evangelism, hl. 234, 235.


Jika terang kebenaran itu telah disampaikan kepadamu, menyatakan hari Sabat, hukum keempat, dan menunjukkan bahwa tidak ada dasar dari Firman Allah mengenai penyucian hari Minggu, lalu engkau masih tetap berpaut pada hari sabat palsu, dan tidak mau menyucikan hari Sabat yang Allah katakan "hari kudusKu," maka engkau menerima tanda binatang itu. Kapankah hal ini terjadi? Bilamana engkau menurut perintah berhenti hari Minggu dan mulai menyembah Allah hari itu, sementara engkau tahu bahwa tidak terdapat sepatah katapun dalam Alkitab yang menunjukkan hari Minggu menjadi lain dari pada hari kerja biasa, engkau setuju menerima tanda binatang itu, dan menolak meterai Allah.—Evangelism, hl. 235.


Tidak lama lagi, setiap anak Allah akan mendapatkan meteraiNya. Mungkin meterai itu akan diletakkan di atas dahi mereka! Siapakah yang tahu sudah lewat waktunya bilamana malaikat itu keluar memeterai hamba-hamba Allah di dahi mereka?—Review and Herald, 28 Mei 1889.


Baik Allah maupun Setan, kedua-duanya memiliki tanda, benarnya cuma Allah yang memiliki tanda, sebagai bendera yang mengingatkan bahwa Ia adalah khalik semesta alam. Tetapi Setan meniru cara Allah bekerja lalu membuat tanda sendiri, membuat bendera sendiri. Jika tanda atau bendera Allah adalah hari Sabat, maka tanda atau bendera Setan adalah hari Minggu. Hari Sabat adalah bendera asli, sedangkan hari Minggu adalah bendera Palsu. Supaya kita dapat masuk ke dalam kerajaan Allah, maka kita harus memegang bendera atau panji Allah yang benar, yaitu hari Sabat.


Kiranya Tuhan Selalu Memberkati Kita!

Melihat Ke Langit

 

Melihat ke langit, aku tersenyum.

Langit biru membentang,

membisikkan syukur di hatiku
atas segala kebaikan-Mu padaku.

Menatap cakrawala,
aku berbicara dari hati,
membayangkan senyum-Mu
yang hangat menyapa jiwaku.

Setiap pandanganku ke atas
menghapus gundah gulana,
menggantinya dengan damai
karena aku tahu Engkau ada di sana.

Engkau, Penciptaku,
yang melihatku dan memeliharaku.
Hidupku—mukjizat dari tangan-Mu,
anugerah kasih-Mu yang tak berkesudahan.

Langit biru menjadi tempatku bercerita,
kepada Tuhan yang kasih-Nya tak terbatas.
Waktu telah membuktikan
mukjizat-Mu nyata sejak kelahiranku.

Ketika menatap langit,
hangat mengalir di hatiku.
Aku berbicara dengan-Mu
dari hati ke hati.

Hanya Engkau yang menenangkan jiwaku,
yang membuat segalanya indah.
Tanpa-Mu, batinku kacau.

Maka aku memandang ke langit
dan berkata:
“Jangan biarkan aku menjauh,
ya Tuhanku.”

8 Aug 2025

Kasih yang Tak Pernah Pergi

 Hi, all readers!


How are you all doing? Hopefully, you all are good, healthy, and safe.


Kali ini aku dibantu oleh Chatgpt menulis sebuah kisah yang aku suka banget. Karena ini adalah cerita tentang seorang penulis himne yang aku suka banget. Mau bahasa Inggris atau Indonesia yang ada di buku lagu gereja, sama-sama aku suka. Apa lagi yang ada di buku lagu gereja Advent, aku suka banget kata-katanya. Aku akan taruh di sini lirik lagu dari Lagu Sion dan buat yang Advent silahkan lihat nadanya di Lagu Sion ya. Selamat membaca! 🙏😇


Lagu Sion Edisi Lengkap No. 72  


BESAR KASIH-MU YA ALLAH

1
Besar kasih-Mu, ya Allah
Sandaran penat jiwaku
Ku b’ri hidupku pada-Mu
Agar mengalir kasih-Mu
Penuhi hatiku

2
Engkau Allah t’rang hidupku
Kus’rahkan suluh jiwaku
Yang hampir padam dan kelam
Agar sinarku benderang
Di tengah g’lap malam

3
Engkaulah sukacitaku
Di tengah kepedihanku
Bila kulihat pelangi
Tuhan, kuingat janji-Mu
Yang hiburkan hati

4
Kar’na salib-Mu, ya Allah
Ku takkan meninggalkan-Mu
Sampai maut menjemputku
Ku ‘kan t’rima hidup kekal
Di dunia yang baru



O Love That Will Not Let Me Go


1. O Love that will not let me go,
I rest my weary soul in thee;
I give thee back the life I owe,
That in thine ocean depths its flow
May richer, fuller be.

2. O light that followest all my way,
I yield my flickering torch to thee;
My heart restores its borrowed ray,
That in thy sunshine’s blaze its day
May brighter, fairer be.

3. O Joy that seekest me through pain,
I cannot close my heart to thee;
I trace the rainbow through the rain,
And feel the promise is not vain,
That morn shall tearless be.

4. O Cross that liftest up my head,
I dare not ask to fly from thee;
I lay in dust life’s glory dead,
And from the ground there blossoms red
Life that shall endless be.



Cerpen berdasarkan kisah nyata George Matheson, dengan selingan lirik

“O Love that will not let me go.”
Kasih yang tak akan pernah melepaskanku.

Langit Glasgow sore itu bagai kain beludru tembaga. George Matheson duduk di kursi kayu dekat jendela yang dibuka sedikit; angin dingin merayapi tepi kelopak matanya yang lelah. Ia tidak melihat senja—sudah lama tidak. Tapi ia “melihat” kenangan: aroma buku di perpustakaan ayahnya, bunyi pintu depan, langkah-langkah riuh saudari-saudarinya, dan doa ibu yang berbisik di balik pintu kamar.

Cahaya Kecil di Rumah Besar

“O Light that follow’st all my way.”
Wahai Terang, yang mengiringi seluruh jalanku.

“George, cepat, sekolah!” seru Mary, kakak perempuannya, dulu sekali.

Anak lelaki berkacamata bundar itu tergagap, memeluk buku setinggi dagu. Di ruang makan, ayah menyelipkan dua koin ke sakunya. “Beli pensil,” katanya singkat, tapi matanya bangga. Ibunya menepuk bahunya, menambahkan: “Dan bawa pulang cerita.”

Cerita—itulah yang menghidupi George. Ia membaca Plato dan Milton, menggigil kagum di lorong-lorong pemikiran. Namun pada usia lima belas, huruf-huruf menari menjauh. Cahaya memudar, garis-garis membocor jadi kabut. Dokter menghela napas panjang: tak ada obat; kebutaan akan datang.

Di rumah, ibunya memegang tangan putranya. “Kau masih bisa belajar.”

“Apa gunanya jika aku tak bisa melihat?” tanya George, bibirnya retak oleh takut.

“Belajar mendengar. Belajar mengingat. Belajar percaya.” Suara ibunya seperti selimut.

Sejak hari itu, saudari-saudarinya bergantian membacakan buku ke telinganya. George menutup mata—bukan karena menyerah, melainkan fokus—menghafal kalimat, menata logika dalam ruang yang tak bergambar. Ia membangun perpustakaan di dalam dirinya.

Cinta di Tepi Clyde

“I rest my weary soul in Thee.”
Jiwaku yang letih beristirahat pada-Mu.

Ia bertemu gadis itu di kampus: senyum sederhana, tawa yang menenangkan. Mereka berjalan sepanjang Sungai Clyde; air berkilau seperti kaca pecah di matahari. George menceritakan filsafat, gadis itu membalas dengan puisi—mereka menanam rencana masa depan di percakapan yang panjang.

Suatu sore, George menghentikan langkah. “Aku harus jujur,” katanya. “Mataku… sebentar lagi aku mungkin buta sepenuhnya.”

Gadis itu menggenggam jemarinya. Sunyi. Burung camar melewati kepala mereka, berteriak seperti garis di langit. Lalu, dengan suara yang patah, gadis itu berbisik: “Aku… aku tak sanggup hidup dengan suami yang buta.”

Kata-kata itu menggelinding dari bibirnya seperti batu. Mereka berpisah di tepi sungai. George berjalan pulang, menelusuri jalan tanpa melihat, tetapi mengerti: kehilangan bisa lebih gelap dari malam.

Di kamarnya, ia berlutut. “Tuhan,” katanya pelan, “jika semua cinta pergi, jangan Engkau.”

Panggilan di Innellan

“I give Thee back the life I owe.”
Kukembalikan hidup yang kumiliki pada-Mu.

Laut Clyde memantulkan langit abu-abu ketika George tiba di Innellan, desa kecil yang basah dan wangi garam. Gereja berdiri sederhana; bangku-bangkunya memeluk jejak doa bertahun-tahun. George ditahbiskan. Suaranya, yang selalu tenang, mengalun dari mimbar seperti musik kamar—tidak keras, tapi menyusup ke hati.

Ia belajar “melihat” lewat suara: dengung lilin, batuk tertahan seorang janda, dengusan anak kecil yang bosan. Setiap rumah yang ia kunjungi punya musik sendiri: panci mendidih, pintu engsel tua, doa yang malu-malu. Ia menghafal nama dengan menyentuh cerita.

Suatu hari, seorang perempuan dengan pelindung kepala hitam datang. “Suamiku hilang di laut.”

“Namanya?” tanya George.

“Angus.” Nama itu pecah di lidahnya, seperti ombak memecah ke batu.

George meraih tangannya. Kulitnya dingin. “Tuhan tidak menenggelamkan namanya,” katanya. “Ia mengingat setiap butir pasir.”

Perempuan itu terisak, kepalanya menunduk. Di ruang sempit itu, hadirat yang tak terlihat berdiri di antara mereka, memanaskan udara.

Membaca Tanpa Mata

“That in Thine ocean depths its flow…”
Agar di samudra-Mu alirnya…

George menulis khotbah-khotbah yang rapi, memintal teologi dengan pengalaman. Saudari-saudarinya menjadi mata dan tangannya: membacakan Kitab Suci, mencatatkan draf, memperbaiki ejaan. George mendikte pelan, kata demi kata, seolah menapak lantai yang bisa retak kapan saja. Ia belajar ‘mendengar’ ciri setiap kata—mana yang berat, mana yang lembut—dan menaruhnya tepat di tempat masing-masing.

Pada malam-malam sepi, ketika angin mengetuk genting, ia mengulang Mazmur dalam hati hingga tenang. Kegelapan tidak selalu musuh; kadang ia hanya selimut yang mengundang orang untuk tidur di pangkuan Allah.

Malam Sebelum Pernikahan

“May richer, fuller be.”
Semoga lebih kaya, lebih penuh.

6 Juni 1882. Rumah pastori seperti kapal—penuh orang, penuh suara, penuh gerak. Salah satu saudari George akan menikah esok hari. Gaun putih tergantung di pegangan lemari; wangi sabun mandi berterbangan di lorong. Tawa naik-turun seperti burung pipit.

George mundur ke kamar atas. Ia duduk. Tongkatnya bersandar di dinding, jam saku di atas meja berdetak halus. Kebahagiaan di bawah mengalir ke lantai ini, tapi sampai di hatinya, tiba-tiba mengendap pekat. Ingatan lama mengetuk: wajah yang dulu dicintainya, suara yang berkata tak sanggup. Ia memejamkan mata—kebiasaan yang tak lagi perlu, tapi menenangkan.

“Tuhan,” gumamnya, “Engkau tahu semua jalan yang tak mampu kutempuh.”

Suatu yang lembut—seperti cahaya yang tidak menyilaukan—menyentuh bagian terdalam dirinya. Kata-kata bangkit, bukan lewat mata, melainkan dari sumur yang lebih dalam dari air mata. Ia meraba pena, kertas, dan menulis. Tidak susah payah; tidak diseret—mengalir.

“O Love that will not let me go,”
Kasih yang tak akan melepaskanku,
“I rest my weary soul in Thee.”
Jiwaku yang letih beristirahat pada-Mu.

Empat bait, tak sampai lima menit. Setelah titik terakhir, George meletakkan pena. Di bawah, tawa masih berloncatan. Di dalam, badai berhenti. Ia mencondongkan tubuh ke sandaran kursi, mendengarkan detak jam. Rasanya seperti baru pulang ke rumah—bukan rumah kayu, melainkan rumah yang dibangun dari janji.

Ketika Jemaat Bernyanyi

“O Joy that seekest me through pain.”
Sukacita yang mencariku melalui duka.

Mula-mula, hanya jemaat Innellan yang menyanyi. Lalu lagu itu menyeberangi teluk, masuk ke gereja lain, ke kota lain, ke negeri lain. Orang-orang menyanyikannya di antara kursi duka dan bangku pengharapan. Kata-kata itu menemukan bibir mereka yang tak punya kalimat untuk patah hati sendiri.

Seorang pelaut pulang dan tak menemukan rumahnya—terbakar. Di kebaktian berikutnya, ia berdiri, suaranya pecah, tetapi ia menyanyi. Seorang ibu yang kehilangan bayi memeluk lengan kursi, mengangkat wajahnya yang bengkak, dan menyanyi. Bahkan seorang pemuda yang kecewa, yang hendak meninggalkan gereja, mendadak terdiam saat bait itu lewat di udara, seolah seseorang menyebut namanya.

Sesudah kebaktian, George duduk sendirian sejenak, mendengar gema itu turun naik di pilar kayu. Ia berbisik: “Bukan aku.” Lalu menambahkan, “Tetapi aku bersyukur dipakai.”

Edinburgh, Mimbar yang Lebih Tinggi

“O Cross that liftest up my head.”
Salib yang mengangkat kepalaku.

George dipanggil ke St. Bernard’s Church, Edinburgh. Bangunannya besar; mimbar lebih tinggi, jemaat lebih banyak. Tetapi cara ia menyentuh hati tak berubah: pelan, tenang, tepat. Ia menyusun kalimat seperti tukang kayu menyatukan papan—tanpa pamer, tapi kokoh.

Di ruang konseling, seorang pemuda menggebrak meja kecil. “Kenapa Tuhan membiarkan aku gagal?”

“Karena kegagalan pintu yang menutup?” tanya George.

“Ya.”

“Kadang pintu yang menutup menyelamatkan kita dari kamar yang salah.” George tersenyum samar. “Dan Tuhan menunggu di lorong.”

Pemuda itu tertawa getir, lalu diam. Di ujung percakapan, ia berkata, “Bagaimana Anda memimpin tanpa melihat?”

George menyentuh tongkatnya, sejenak. “Aku diajari menatap dengan cara lain.” Ia mengetuk dadanya pelan. “Ke sini.”

Menulis dengan Mulut, Membaca dengan Telinga

“I trace the rainbow through the rain.”
Kulacak pelangi di balik hujan.

Buku-buku teologi lahir dari mulut George, bukan dari tangannya. Ia mendikte pagi-pagi, jeda di siang, lanjut sore. Saudari-saudarinya menjadi pena yang setia, merawat tanda baca seperti merawat tanaman. Kadang ia meminta satu kalimat diulang berkali-kali—bukan karena ragu, melainkan karena ia mencari nada yang tepat.

Sore hari, ia berjalan pelan di halaman, meraba udara yang wangi tanah basah. Di dunia tanpa gambar, Tuhan mendidiknya membaca pola lain: timbre suara, berat napas, kecepatan langkah. Dari hal-hal itu, ia menebak apakah seseorang sedang patah, marah, atau hendak menangis. Dan ia menyiapkan kata yang sesuai.

Surat dari Jauh

“I dare not ask to fly from Thee.”
Tak berani kupinta terbang dari-Mu.

Surat-surat datang. Dari pulau kecil di Asia—seorang penginjil menulis bahwa lagunya menjadi pelita di rumah yang hanya punya satu lilin. Dari Amerika—seorang perempuan di bangku kayu Dakota menulis bahwa bait ketiga menyelamatkannya dari niat putus asa. Dari pelaut—dari janda—dari pendeta—dari pelajar.

George membaca lewat telinga—saudarinya mengucapkan setiap kata. Ia menyimpan beberapa, membalas beberapa. Yang tak ia balas, ia doakan. Doa-doa itu seperti kapal kertas kecil yang ia letakkan di sungai, percaya akan tiba entah ke pantai siapa.

Senja, Saat Jam Lebih Jelas

“From morn to night, Thy mercies keep.”
Dari pagi ke malam, rahmat-Mu memelihara.

Seiring tubuhnya melemah, ritme harinya mengerucut: doa—mendikte—menerima—mendoakan—istirahat. Ia menua seperti kota tua yang masih menyimpan aroma roti pagi. Kadang-kadang ia tertawa saat orang menyangka ia sendu. “Aku tak sedih,” katanya suatu kali, “aku hanya menghemat kata.”

Pada suatu sore yang panjang, ia duduk di kursi dekat jendela yang tak lagi ia lihat. Dari bawah, anak-anak berlari, menjerit kecil. Dari gereja, suara latihan paduan suara merayap ke dinding—bait lagunya, dinyanyikan oleh generasi yang tak pernah melihat wajahnya.

Ia menutup mata—kebiasaan lama—dan mengulang pelan: “Kasih yang tak pernah melepaskanku…” Bibirnya membentuk senyum yang hampir tak terlihat.

Keheningan yang Tidak Kosong

“Life shall endless be.”
Hidup akan tak berkesudahan.

28 Agustus 1906. Pagi melayat hingga sore. George berbaring tenang; di lehernya, nadi seolah sudah menulis kalimat terakhir. Kabar berpindah dari mulut ke mulut, lalu ke koran, lalu ke negeri-negeri lain. Jemaat berkumpul, bukan untuk meratap yang bising, tetapi untuk berterima kasih: atas suara seorang gembala yang membuat mereka tahan berdiri di badai.

Di udara, lagunya tinggal sebagai jejak—mirip aroma yang tersisa setelah seseorang lewat: tidak terlihat, tapi terbukti. Dan orang-orang yang pernah menyanyi kini menyadari, selama ini mereka tidak sekadar menyanyi bait milik seorang penulis; mereka sedang menyanyikan doa yang, entah bagaimana, juga milik mereka sendiri.

Warisan yang Mengalir

“O Love that will not let me go.”
Kasih yang tak akan melepaskanku.

Bertahun-tahun setelahnya, di gereja yang jauh, seorang anak—yang tidak tahu siapa George Matheson—mendengar ibunya menyanyikan bait pertama di dapur. Anak itu bertanya, “Itu lagu siapa?”

Ibunya mengangkat bahu. “Seorang yang mengerti bahwa Tuhan tidak pergi.” Lalu melanjutkan pekerjaan: mengaduk sup, mengetuk sendok, menutup panci. Uap naik; lagu tinggal melayang di langit-langit.

Di penjuru lain, seorang pendeta yang letih berdiri di mimbar kosong. Ia tak punya kata. Lalu, seperti tangan yang ringan, bait itu menyentuh bibirnya; ia mengucapkannya pelan, dan kata-kata lain menyusul. Jemaat pulang membawa sesuatu yang tidak mereka sadari: keberanian kecil untuk besok.

Dan di suatu sore yang lain lagi, seorang penulis muda—yang belum pernah melihat pegunungan tanpa kabut—membaca kisah pria buta yang menulis doa tercepat sepanjang hidupnya. Ia menutup buku, menatap jendela, dan entah mengapa yakin: bila cahaya memudar, bukan berarti halaman cerita selesai. Terkadang, persis saat itu—di tepi kegelapan—pena menemukan kalimat terbaiknya.

Renungan Buka Sabat - SABAT KETIGA PULUH DUA - UJIAN BAGI UMAT ALLAH

 


Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus. Wahyu 12:17


"Kita tidak perlu tertipu. Pemandangan-pemandangan ajaib, yang erat hubungannya dengan Setan, akan segera terjadi. Firman Allah menyatakan bahwa Setan akan mengadakan mujizat. Ia akan menjadikan manusia sakit lalu kemudian dengan tiba-tiba mencabut kuasa Setannya dari mereka. Maka mereka akan dianggap sudah sembuh. Pekerjaan yang tampaknya menyembuhkan ini akan menyebabkan orang-orang Masehi Advent Hari Ketujuh menghadapi ujian. Banyak yang memiliki terang besar akan gagal berjalan di dalam terang itu, oleh sebab mereka tidak bersatu dengan Kristus.” Selected Messages, Buku 1, hl. 53.


"Saya melihat umat kita berada dalam kesusahan besar, menangis dan berdoa, sambil memohon kepastian janji Allah, sedangkan orang jahat berada di sekeliling kita, mengolok-olok kita dan mengancam untuk membinasakan kita. Mereka mengejek kelemahan kita, mereka mengolok-olok kecilnya jumlah anggota kita, dan menggoda kita dengan kata-kata yang terasa sangat menyakitkan. Mereka menuduh kita dengan pendirian bebas yang berpisah dari seluruh dunia. Mereka menghalangi sumber kehidupan kita sehingga kita tidak boleh membeli atau menjual, dan menuduh kita sebagai penyebab kemiskinan dan kekacauan. Mereka tidak dapat melihat bagaimana kita hidup tanpa dunia; tadinya kita bergantung atas dunia, dan kita harus menyerah kepada adat istiadat, praktek-praktek dan undang-undang dunia, atau kita harus keluar dari sana.


Jikalau hanya kita saja orang-orang di dunia yang dikasihi Tuhan maka gelagatnya mengerikan terhadap kita. Mereka menyatakan bahwa mereka memiliki kebenaran, bahwa mujizat ada di antara mereka, bahwa malaikat dari Sorga berbicara dengan mereka, dan berjalan dengan mereka, bahwa kuasa besar, tanda-tanda dan mujizat dilakukan di antara mereka, dan inilah Millenium Duniawi, yang telah lama mereka tunggu-tunggu. Seluruh dunia telah ditobatkan sesuai dengan hukum hari Minggu (bukan lagi hari sabat), dan kelompok kecil orang-orang yang lemah ini berdiri di luar perlindungan hukum negeri, dan hukum Allah, dan mengaku hanya merekalah orang-orang yang benar di bumi." Letter 6,1844.


"Umat Allah tidak akan mendapat keamanan dengan mengadakan mujizat, sebab Setan akan meniru setiap mujizat yang mungkin dilakukan. Mereka harus berdiri di atas Firman yang hidup, “Adalah tersurat." Selected Messages, Buku 2, hl. 55.


Orang banyak di dunia akan memilih hari sabat palsu (hari minggu), gantinya hari Sabat yang benar (hari Sabtu), oleh sebab mereka lebih menyukai kesenangan dunia, dari pada menderita sementara berada di dunia, yang ketika Yesus datang kedua kali; mereka yang menderita akan menerima hidup kekal, sedang mereka yang menyenangi dunia akan menerima hukuman yakni kematian kekal.


Tidak banyak orang yang mengerti bahwa tidaklah cukup bagi kita untuk hanya menjadi Umat Allah dan kemudian selamat. Sebagai umat Allah di bumi yang berdosa, banyak orang yang mengaku bahwa mereka adalah umat Allah, dengan demikian berharap akan beroleh hidup yang kekal itu: Namun, tidak semua umat Allah akan diselamatkan. Hanyalah mereka yang dipilih, dari antara umat Allah, yakni yang disebut umat pilihan yang akan diselamatkan. Kita harus menjadi umat pilihan; dan sebagai umat Allah, untuk menjadi umat pilihan, kita harus melalui ujian, dan salah satu penguji kita adalah menguduskan hari Sabat.


Banyak orang Kristen sekarang mengaku bahwa mereka percaya pada Allah, namun apabila ditanya apakah Allah percaya pada mereka, maka mereka menjadi ragu-ragu, oleh sebab mereka belum menjadi umat pilihan. Dan, umat pilihan Allah adalah mereka yang memelihara hari Sabat.


Kiranya Tuhan Selalu Memberkati Kita!

2 Aug 2025

Roh Kudus

Tak terlihat tapi suara-Nya 
Dapat di dengar oleh 
Setiap hati manusia fana 
Kehadiran-Nya dalam hidup ini 

Allah Yang Maha Kuasa 
Roh Kudus yang lembut 
Selalu berbicara di hati
Yang bersalah dan berdosa

Memohon kepada Bapa 
Dalam Nama Anak-Nya pengampunan 
Bagi mereka yang tidak dapat 
Mengungkapkan dengan kata mereka 


Kadang kata tertahan dalam
Hati yang kecewa dan
Bersedih namun hanya bisa 
Terdiam kemudian datang tangisan 

Terlihat wanita atau pria 
Itu kuat tapi hati 
Siapakah yang dapat membaca?
Hanyalah Dia yang Kudus 

Dia yang dapat membaca 
Setiap hati manusia juga
Dapat memberikan bisikan untuk 
Jalan keluar setiap masalah 

Dengarkanlah Dia maka kau
Akan berbahagia karena Tuhan 
Jika kau mendengar suaraNya
Maka Tuhan masih di hatimu